Pages

Monday 22 June 2015

Sterilisasi kucing, untuk kepentingan siapa?

Mami Beti
Kucing betinaku, si Beti, melahirkan keempat kalinya kemarin. Ketiga anaknya semuanya pada mati dengan bentuk yang aneh. Mukanya belum sempurna, belum ada matanya, kakinya kecil, dan badannya botak. Aku sih ga ikut bantuin persalinannya karena ga tahan liat yang begitu. Jadi aku bantuin nguburinnya aja depan rumah. Kakak aku bilang, "kalo kaya gini mah mending di steril aja deh". Dulu ibu aku pernah bilang ga boleh dalam Islam mengebiri kucing karena itu aku tolak saran Kakak. 

Sebenarnya, bolehkah kita mengebiri kucing? 
Kucing sama halnya seperti manusia. Punya hasrat atau hawa nafsu. Hawa nafsu diberikan oleh Sang Pencipta. Bolehkah kita menghilangkan hawa nafsu tersebut? Ada beberapa alasan majikan kucing mau mengebiri kucingnya:

  • Menekan populasi
  • Saat musim kawin kucing lebih tenang setelah di steril 
  • Mencegah kucing terlantar di jalan
  • Berumur lebih panjang
  • Tidak lagi melelahkan akibat melahirkan
  • Kesehatan kucing
Melihat beberapa alasan di atas, alasan tersebut lebih untuk kepentingan dari sudut pandang siapa, kucing atau manusia? Jelas manusia. Memang kucing tidak pernah juga berpikir secanggih itu, tapi kucing hanyalah binatang yang kodratnya hidup di dunia, kawin, berkembang biak, punya anak, lalu mati. Lalu kenapa kita repot-repot mau mencampuri kodrat alam atas nama mencegah kekejaman?

Mari kita bahas secara singkat. 

Banyak pecinta hewan dan kucing yang ingin mensterilisasi hewannya agar menekan populasi. Takut kucing-kucing terlantar di jalan, kalau terlantar hidupnya luntang-lantung ga tau mau kemana. Aku juga mengerti perasaan iba melihat kucing, apalagi anak kucing, yang sendirian kehilangan ibunya di jalan. Mengeong-ngeong sepanjang malam. Aku pun sempat menangis melihat itu, tapi apa daya aku tidak mampu merawat kucing lagi sehingga selemah-lemahnya iman, aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya. Kasihan memang melihatnya, tapi kalau alasan agar tidak overpopulated, kayanya terlalu berlebihan. 

Aku pernah ke Pulau Tidung (eh, apa Pulau Pramuka ya) di sana banyaaaaak sekali kucing. Di sana kucingnya gemuk-gemuk. Mereka makan sisa-sisa ikan yang dimakan wisatawan. Apakah itu terlantar? Apakah melihat mereka mengais-ngais sampah ga pantes untuk kucing? Sekali lagi, kucing adalah binatang yang memang begitulah hidupnya mereka, liar di alam. 

Saat musim kawin, kucing yang sudah disterilisasi memang tidak akan punya keinginan, mereka akan lebih tenang dan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tidur. Tapi menurutku, kalau kita sayang kucing, tidak sepantasnya kucing dihilangkan hawa nafsunya. Allah menciptakan makhluk hidup agar dapat berkembang biak, meneruskan generasinya. Sedangkan beberapa pemilik kucing ingin memandulkan kucing, jelas ini bertentangan dengan tujuan Allah.

Si Beti melahirkan keempat kalinya. Setiap persalinannya dengan sekuat tenaga dia melahirkan sendiri di kandang. Selesai anaknya keluar, dia langsung menjilati dan makan tali pusarnya. Proses melahirkan memang berat bagi tiap betina, tapi itu juga suatu yang menyenangkan setelahnya. Berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Sakit melahirkan, lalu mendapat hadiah berupa anak. Ketika anaknya yang dilahirkan cacat, kebanyakan si pemilik kucing tidak berkenan menerimanya. Lain hal kalau anaknya mati, tinggal dikubur. Lihat, di sini yang egois siapa? Pemilik yang tidak ingin kerepotan dengan anak kucing yang baru lahir. 

Saat kita memutuskan memelihara binatang maka kita turut bertanggung jawab anak kucing yang baru lahir. Karena kita pemiliknya tentu saja harus memberi makan, kalau sakit diobati, kalau melahirkan ikut mengurusnya dan juga menjaga mereka. Kalau kita tidak mampu mengurusnya, maka lebih baik melepaskannya di alam. Dan kalau kita takut, kucing di luar sana jadi gelandangan dan gembel, percayalah, rezeki sudah ada yang mengatur dan Allah Maha Mengetahui dan tidak pernah tidur. 

Beti, Chacha, dan Tarempu


Sepemahaman aku, Islam mengajarkan untuk tidak mengubah ciptaanNya. Jadi kalau mengibiri kucing ya termasuk mengubah ciptaanNya dan kodratNya. 

No comments: