Pages

Friday 25 November 2016

Fortune-teller

Untuk apa percaya bualan orang atas nama ramalan? Dulu ada, katanya dia bisa membaca masa depan. Teman saya tanpa ragu menyodorkan telapak tangan ingin diramal. Semua perkataannya dicermati khidmat. Teman saya percaya apa yang peramal katakan. Perkataannya bagaikan sihir, meyakinkan dan dapat dibenarkan. Kemudian teman-teman lain pun latah ingin diramal. Ga jauh-jauh topiknya adalah jodoh. 

Saya cuma ngeliatin sambil mengernyitkan dahi, kenapa mereka bodoh mendengarkan si pembual? Saya tanya mereka, mereka jawab cuma ingin tahu. Dalih ingin tahu bisa saja beririsan dengan membenarkan saat peristiwa itu terjadi dan pada akhirnya percaya di kemudian hari. Kalau sudah gini, perlu double check imanmu. 

Toh peramal itu, saya underestimate sekali. Kalo kata teman-teman saya, dia orangnya soleh, imannya bagus, taat pada agama. Memang kita ga bisa menolok ukur kesolehan seseorang, tapi orang soleh ga mungkin minumnya berdiri, pake tangan kiri lagi!

Friday 4 November 2016

First-impression-type

Seperti Jack di film Man Up bisa jadi tipikal cowok yang gini yang bisa membuat saya kepikiran tiap hari. 

Gimana enggak, first impression di pertemuan pertama begitu mempesona. Bukan masalah soal ganteng atau tampan, tapi yang a little chatty, berani, sopan dan cerdas itu jadi manifestasi penting bagi cowok. Karena cewek lebih suka di-directing ketimbang ceweknya yang cari topik pembicaraan. 

Dulu jaman masih kuliah pernah saya ketemu cowok yang ngebuat saya kepikiran berhari-hari. Awalnya cuma mau ngasih surat undangan kegiatan di kampus. Pas ketemu dia udah standby di depan fakultas, begitu melihat saya, dia langsung menyapa dan berkenalan. Dari beberapa kali sebelumnya saya memberi surat ke mahasiswa lain, dia lah yang pertama memperlakukan saya beda dan sopan (padahal hal standar sih). Lalu saya menyerahkan surat tersebut dan pamit pergi lagi. Tapi dia bilang, "kok buru-buru banget? Sini duduk dulu, kan capek jauh dari sana." Kata dia sambil nepuk-nepuk lantai di sebelah dia duduk. Aaaaah, dulu momen gini jadi stealing moment banget wkwkwk. 

A little gesture bisa banget membuat cewek terkesima. Dan yang paling penting, buat cewek menjadi spesial itu hal paling cewek sukai. 

Tapi kebanyakan cowok-first-impression-type ini punya jam terbang tinggi dan they do the same thing at every woman. Huft. Tapi kalo ada cowok yang pencilan dari yang di atas, SHIKAT SHAAAY.

Monday 24 October 2016

Idle Time

Tiga bulan lumpuh. 
Saat ini sedang idle time
Saya ga bisa berbuat apa-apa. 
Lack of motivations
How pathetic.

And I've just googled "how I'm supposed to live?"

Recently I watched 2 Days 1 Night Korean variety show. The member should give a brief presentation about any topics, then one of them, Yoo Shi yoon, lectured very well. 

We don't really know who we are. We don't know what we like, we don't know what makes us sad. We don't know seem to know.

Karena saya enggak tau mimpi masa depan saya apa, saya ga punya cita-cita dan selama ini saya hidup hanya menjalankan apa yang ada. Tanpa visi yang jelas. This is our problem, youngster

How should I live my life? The road even a GPS can't find.

Sekarang pinter aja ga cukup, ga jamin kita bisa survive. Jadi apa yang bisa kita perbuat?
Ada juga orang yang bisa survive, punya pekerjaan bagus, penghasilan cukup, bisa beli ini-itu, tapi semuanya enggak membuat dia bahagia. 

Lalu apa yang bisa membuat kita survive tapi sekaligus membahagiakan diri kita?

The road may be hard to go up and scary to go down, but still, we should give it a try.


Yoon Shi Yoon's lecturing started on 55:44


Sunday 24 July 2016

Jangan lupa nikah

Hey, get married soon!

Teman-teman gue di umur segini udah pada gelisah ketika belum ada yang settle down di hatinya. Mengingat umur sudah seperempat abad dan para orang tua konvensional merasa anaknya harus segera menikah. Apalagi untuk anak cewek, yang katanya ga baik nikah di atas 30 atau 40 tahun. Beberapa udah banyak yang ditanyain, "mana pacarnya?" or "kapan nih dikenalin ke keluarga?" or even "mamah udah pengen gendong cucu". Hey people, don't be rush!

Perihal menikah bukan sekedar mencari manusia lawan jenis terus diajak ke KUA lalu beranak kemudian hidup seterusnya. But it's more complicated, it involes feeling, visions, problem solving, arguing, tolerating, having manners, and commitment. And I do believe, para orang tua mengerti itu karena mereka senior punya pengalaman lebih, tapi kenapa seolah tak mau mengerti keadaan juniornya?

Jodoh itu misteri, dia akan datang pada waktunya mungkin besok, lusa atau lima tahun lagi. Jadi menikah itu ga ada tolok ukurnya. Bukan sehabis lulus kuliah atau umur 25. Beruntungnya gue punya orang tua yang ga usil sama anaknya dan paham banget yang namanya takdir udah di atur sama Tuhan.

Orang tua tuh ga usah banyak nanya atau menyuruh kita buat cari pasangan karena kita juga tetap berusaha mencari. Lebih baik mereka juga bantu mencari dan blind date gitu ga ada salahnya kita coba.

Dan jangan sekali-kali menikah karena umur, omongan orang, teman2 sudah menikah, dan alasan klise lainnya. Pernikahan kaya gitu pondasinya masih lemah dan bisa jadi roboh kalau chemistry akhirnya ga terbangun. Lalu mereka cerai atau terus hidup bersama walau ga ada rasa cinta di keluarga itu. Pernikahan itu komitmen, menjaga perasaan satu sama lain. Yang namanya komitmen jelas ga ada kata cheating, kalau cheating sudah terjadi apalah arti sebuah pernikahan.

Belakangan gue lagi kesel sama beberapa lelaki. There is a husband has a wife. They have nine children but the husband still wants to polygamy. Berdalih dengan alasan sunnah agama rasanya ga tepat buat dia. That man just full of bullshit yang ga bisa menghargai istrinya. Suatu hari ketika istrinya harus operasi and he said in chatting forum "yah, nganggur dong gue" WHAT A F***ING INTOLERANT MORON. And fyi, he's called ustad by his colleagues.  
(Sorry agak OOT)


So peps, let's make rational perception for those who getting maried in their 30s or 40s. Because it's never too late to get married. 💑

Sunday 1 May 2016

One day trip Bogor-Cirebon

Beberapa hari belakangan saya disibukkan dengan aktivitas di kampus, rasanya butuh banget piknik ke tempat baru. Berhubung punya temen yang tinggal di Cirebon, saya jadi pengen jalan-jalan ke sana. Akhirnya setelah bikin janji, Minggu lalu, saya berangkat seorang diri.

Hari Minggu saya bangun lebih pagi dari biasanya, jam 3.55. Seusai solat subuh saya langsung pergi ke stasiun Bogor dan naik KRL jam 5.10. Berhubung kereta api yang saya pilih Tegal Express jam 7.45 dari stasiun Pasar Senen, saya jadi sangsi kalo harus transit di manggarai-jatinegara lalu sambung ke sana. Takutnya ga keburu, jadi saya lebih memilih turun di stasiun Gondangdia. Dari sana saya naik Grabbike, kebetulan lagi ada promo jadi gratis, YES! Sampai di stasiun Pasar Senen sekitar 7.15. 

FYI, sebenernya ada kereta lebih pagi jam 6.00 dari stasiun Gambir. Tapi berhubung saya berangkat dari Bogor, saya ga sanggup harus berangkat jam 4. Biarin deh sampe Cirebonnya siangan dikit daripada sampe Jakartanya kesiangan malah batal pergi hehehe... Sesampai di Cirebon sekitar pukul 11.30, saya dijemput temen saya. Doi bawa motor, jadi saya ga tau kalo naik angkot ke wisata yang saya kunjungi nanti uhuhuhu.

Siang hari itu perut saya udah kerucukan, pas banget jam maksi, kita pun bergegas ke kuliner paling hits yaitu Nasi Jamblang Bu Nur. Nasi Jamblang saya pikir makanan nasi apaan gitu.. taunya semacam di warteg aja kok. Rasanya pun biasa, kaya masakan pada umumnya. Tapi pepes telur rajungan emang enak sih, jarang-jarang juga saya makan ini. Nyam! 
Itadakimasu...
Jadi kekhasan dari nasi jamblang itu adalah nasinya sedikit (porsi saya banget), piringnya dialasi daun jati, dan yang paling legend-nya yaitu sambal jamblangnya (tapi ga pedes acan hahaha). Kita makan bedua cuma abis Rp 25.500.
Nasi Jamblang Ibu Nur

Selanjutnya doi ngajakin ke peninggalan purbakala yaitu pedati yang katanya terbesar se-Asia Tenggara. Tempatnya masuk gang senggol gitu, padahal pedatinya beneren gede. Temen saya bilang, "gimana coba (pedati) segede ini bisa ada di sini, padahal akses jalanya cuma segitu (kecil)". 
Ki Gede Pedati
Di ruangan tempat penyimpanan pedati ada kuncennya, udah nenek-nenek. Beliau menuturkan kalo pedati ini dipakai pada zaman dahulu untuk angkutin bahan material buat bangunan masjid Agung Cirebon. Pedati ditarik pake kebo, entah deh kebo-nya segede apa. Tapi dia juga nyeletuk kalo pedati ini juga bisa terbang. Sakti amat bisa terbang... 

Lanjut dari sana, kita ke Masjid Merah Panjunan. Masjid ini berbeda dari mesjid biasanya, bangunannya tidak menjulang, tempatnya terbuka, pagarnya berupa gapura yang merupakan pengaruh dari kerajaan Majapahit. Di dinding majid terdapat piring-piring keramik peninggalan bangsa Cina.  
Masjid Merah Panjunan
Ada yang bikin risih kalau mau solat di sini, yaitu dua orang ibu-ibu yang mengaku yang bersih-bersihin masjid. Pas mau pulang, saya masukin uang ke kotak amal, dia bilang "uangnya buat saya aja sini", ditolak secara halus, dianya maksa, kita tolak lagi, tetep aja ibu-ibunya mintain duit. Mana serem lagi salah satu ibunya, akhirnya doi ngasih duit ke mereka. 

Tadinya saya pengen icip-icip kue tapel, tapi yang jual udah tutup jadi langsung lanjut ke Keraton Cirebon. Deket keraton, di situ ada Masjid Agung, nah masjid ini bahan bangunannya yang tadi diangkutin pake pedati raksasa. Masjidnya yah gitu aja sih, ga gede-gede amat, tempatnya terbuka, otentik banget dengan kunonya. 
Masjid Agung Cirebon
Masuk ke keraton bayar Rp 20.000 per orang. Keraton isinya peninggalan purbakala juga, pedati, keris, samurai, lukisan, gong, sampe sangkar ayam juga di pajang. Bagi yang suka sejarah mangga mampir. Ga terlalu menarik di sini, tapi saya sempet ngintip ke bagian dalam keraton, di dalamnya baguuuus banget kayanya. Sayangnya kita ga bisa ke sana. 

Hari makin siang, kita ke tempat selanjutnya yaitu Gua Sunyaragi atau Tamansari Sunyaragi. Gua ini katanya tempat pesanggrahan Sultan Cirebon pas jaman dulu. Tamansari Sunyaragi adalah bangunan yang terbuat dari bebatuan kecil dan direkatkan satu sama lain menggunakan putih telur (katanya lagi...). Bangunannya mirip gua yang terhubung satu sama lain perisi kaya maze
Di bawah itu tadinya tempat menampung air
Gua ini mempunyai teknologi evaporasi, jadi di bagian bawahnya ada tempat menampung air semacam kolam, yang entah bagaimana caranya bisa mendinginkan ruangan. Saiiiiik, padahal jaman dulu loh! Harga tiket perorangnya Rp 10.000 (CMIIW). 

Setelah puas di Sunyaragi, saya pengen nyobain empal gentong yang khas banget dari Cirebon. Doi bilang yang enak yaitu Empal Gentong Krucuk, jadi kita ke sana. Di sebelah empal ada yang jual eskrim duren, saya kepengen jadi pesen juga. Eskrim durennya beneran enaaaaaaaaaak, lumer banget di mulut, pake dua biji duren asli dan durennya legit banget. Ini debes, nyam nyam, juara bangetlah. Kalah telak sop duren yang di Bogor. 
NYAM!
Kita pesen empal gentong yang santen dan empal asam. Doi suruh aku cicipin dulu keduanya dan kupilih empal asam. Bedanya empal asam ini ga dikasih santan dan ada belimbing wuluhnya. Ini enak dan seger banget cocok buat abis jalan-jalan seharian biar tetap semangat.

Dari sana doi ngajakin saya ke tempat oleh-oleh batik trusmi, cuma kayanya ga keburu jadi kita belok ke masjid Raya Cirebon untuk solat Asar. Masjidnya gede dan udah modern, beda dengan kedua masjid sebelumnya. 

Abis solat, kita jalan-jalan di alun-alun kejaksaan tepat berada di sebelah masjid. Doi ngajakin makan (lagi) tahu gejrot dan tahu petis. Padahal perut udah kenyang, ditambah saya menghindari konsumsi tahu. Ternyata tahu gejrotnya enak, yah mirip sih ama yang di Bogor...

Jam sudah menunjukkan 16.45, kita pun bergegas menuju stasiun karena jadwal kereta saya 17.30. Akhirnya saya pulang menuju Jakarta dilanjut ke Bogor. Sampai di rumah tepat pukul 23.00, alhamdulillah!

Kalau dihitung-hitung pengeluaran saya adalah sebagai berikut:
1. Tiket Jakarta-Cirebon Tegal Ekspress : Rp 50.000
2. Tiket Cirebon-Jakarta Tawang Jaya : RP 75.000
3. KRL Bogor-Gondangdia : Rp  5.000
4. KRL Jatinegara-Bogor         : Rp  5.000
5. Tiket masuk Keraton Kasepuhan : Rp 20.000
6. Tiket masuk Goa Sunyaragi : RP 10.000
7. Makan di Nasi Jamblang Bu Nur : Rp 15.000
8. Makan di Empal Gentong Krucuk : RP 27.000
9. Eskrim duren              : Rp 15.000
TOTAL         : Rp 222.000