Pages

Monday 16 February 2009

Era 90an itu

Minggu jam 7 malem, gue seperti biasa nonton acaranya Pak Mario Teguh :p. Awal acara seperti biasanya ada yang nyanyi-nyanyi dulu dan biasanya juga judul lagu yang dibawain menjadi tema buat acara itu. Kebetulan gue nonton agak-agak akhir dan mendengar lagu Close To Heaven (dipopulerkan oleh Color Me Badd.red) di penghujung acara.

Gue kenal banget irama lagu itu yang ngebuat gue teringat akan masa lalu gue waku kelas 1 atau 2 SD. Lagu itu populer banget di telinga gue walaupun sebenernya liriknya ga tau. Jamannya gue SD tahun 90an, gue sering dengerin lagu P-Project, Stinky, Bragi. Haha, yang pasti band-band terkenal pada waktu itu. Tapi yang beda dari P-Project adalah mereka ngubah lirik lagu-lagu terkenal dunia dan dinyanyikan kembali dengan suara yang cukup apik. Persis dengan yang original dan pembawaan lagu yang ringan. Cuma bedanya di liriknya saja. Liriknya pun sederhana sekali. Cuma seputar masalah yang ringan-ringan saja. Seperti,

Antrilah di loket
Untuk beli tiket
Siapkan dompet
Awas ada copet
Antrilah semua
(P Project - Antrilah di Loket)

Atau seperti,

kami sangat setres
Dengan kabar tak beres
Dari mulut pak kades
cukup bikin supres
Dan kini kau telah pergi
Pergi ke luar negri
Untuk jadi TKW
Bibiku pergi
(P Project - Bibiku Pergi)

Lagu-lagu amazing yang ngebuat gue selalu rindu ngedengerin. Udah berapa taun ya? Mungkin 10 tahunan ada x.

Sayangnya P Project ini tidak meneruskan lagu-lagu amazingnya. Mereka bubar di tahun 90an. Gue ga tau persis 90 berapa.
Tak lama grup nyanyi ini mempunyai adik dan mereka biasa kita sebut Project Pop. Seperti yang kita tau, lagunya tetap yang berbau ringan-ringan.

So, pengen deh ngeliat P Project manggung lagi walaupun udah bapak-bapak semua. Haha.

Saturday 14 February 2009

Di dalam Bus Bogor-UKI-Cawang

Kalau kamu yang terbiasa/pernah pergi dari Bogor-Jakarta menggunakan bus antarkota jurusan UKI-Cawang, mungkin kamu tau tentang pengamen yang seringnya memulai aksinya ketika bus sedang berjalan.

Sempat beberapa kali saya menyaksikan mereka beraksi dan selalu mengidam-idamkan untuk mendengarnya lagi. Walau terkadang lagunya bernuansa jadul dan tidak saya ketahui.

Alunan musik yang diiringi dengan petikan gitar dan suara parau yang empuk membuat saya menikmati perjalanan.
Para pengamen itu rasanya lebih hebat dari pengamen panggung yang telah berkeliling Indonesia. Para pengamen sepertinya lebih bernyanyi dengan hatinya. Hati dan raganya berpadu mengiringi musik.

Walaupun dia tau, para penumpang memberinya hanya sekedarnya, paling, maksimalnya seribu rupiah, mereka tetap semangat untuk bernyanyi dari pagi sampai malam.