Pernah, aku mencintai seseorang sedalam-dalamnya—dengan kasih yang nyaris tak bersyarat.
Namun sebesar apa pun cinta, sekeras apa pun perjuangan, bila tak ditakdirkan bersatu, tetap akan berakhir menjadi kisah yang patah.
Dulu, aku mencintainya sederas hujan yang menciumi bumi.
Tapi ia memilih mencari teduh,
meninggalkanku sendirian dalam rinai yang semakin dingin.
Kini, tahun-tahun telah berlalu.
Bukan waktu yang sebentar,
namun kenangan itu tetap tersimpan rapi,
tak berubah, hanya membisu dalam dada.
Yang dulu terasa manis, kini getirnya tak juga pudar.
Hidup terus berjalan, tak pernah menoleh.
Dan aku pun perlahan membuka halaman baru—
bukan karena lupa, tapi karena akhirnya
aku belajar menerima,
bahwa tidak semua cinta ditakdirkan bersama.